REVIEW
TERRORISM
& POLITICAL ISLAM ORIGINS, IDEOLOGIES, AND METHODS
A
Counterterrorism Textbook 2nd Edition
EDITORS:
ERICH IVIARQUARDT
CHRISTOPHER HEFFELFINGER.
BAGIAN
I
Moderen Teror: Empat Gelombang
David C Rapoport
Dalam
tulisan ini David C Rapoport menjelaskan empat tahap gelombang terror modern atau
Gelombang teori terorisme internasional modern yaitu Gelombang pertama atau Gelombang
Anarkhis, yang ditandai dengan kemunculan pemberontak di Rusia, Narodnaya Volya yang melakukan
tindak teror pada kurun Januari 1878 sampai Maret 1881. Kelompok teroris
gelombang pertama berusaha memenangkan reformasi politik sipil dari
pemerintahan otoriter, seperti pemerintahan Tsar di Rusia. Seperti yang
disampaikan (Michael Bakunin dalam Alwi Wahyudi, 2014 : 71) yang menyebutkan
Gelombang Anarkhis sebagai Anarkhisme
revolusioner yang merupakan upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan
anarkisme dengan cara anarkis, yaitu dengan segala daya sekalipun menggunakan kekerasan dan revolusi.
Gelombang kedua atau Gelombang Nasionalis,
gelombang ini muncul ditandai dengan mulai marak pada dekade 1920-an, ditandai
dengan hadirnya kelompok-kelompok yang memperjuangkan national self-determination. Gerakan
perjuangan yang dikategorikan dalam gelombang ini antara lain mencakup
nama-nama berikut: Irish
Republican Army (IRA), LEHI (Fighters for the Freedom of Israel), Irgun Tzvai Leumi, Front For National Liberation, National Organisastion of Cypriot Fighters.
Kelompok ini memosisikan diri mereka sebaga liberation movement yang
berjuang melawan kekuatan kolonial dan bercita-cita membentuk negara baru.
Gelombang
ketiga atau Gelombang sayap kiri, yang ditandai dengan Perang Vietnam
sebagai letupan model teroris di dunia. Dalam pergerkan terorisme gelombang
ketiga, tak jarang ide-ide revolusioner bersinggungan juga dengan usaha-usaha
separatis. Isu yang di bawa oleh teroris gelombang ketiga, yakni membela
kepentingan negara dunia ketiga dalam menghadapi kapitalisme global. Termasuk
dalam hal ini Pembajakan
internasional merupakan salah satu contoh. Penyandraan menjadi karakteristik gelombang ketiga
yang paling berkesan adalah pada
1979. dimana
terjadi penculikan mantan
Perdana Menteri Italia Moro oleh Brigade Merah Ketika pemerintah menolak untuk
bernegosiasi, Moro dibunuh secara brutal dan tubuhnya dibuang di jalan-jalan.
Dan
yang terakhir Gelombang Keempat atau Gelombang Agama. Teroris gelombang keempat
ditandai dengan dua peristiwa besar yakni, Revolusi Iran (1979) dan kekalahan
Soviet di Afghanistan, contoh lainnya dominasi Buddha di Sri Lanka yang dianggap mencoba untuk mengubah negara,
menimbulkan respon antara
Tamil yang
sebagian besar Hindu menbentuk gelombang teroris bertujuan menciptakan negara sekuler yang
terpisah. Selain itu Terorisme Kristen, berdasarkan interpretasi rasis dari Alkitab, muncul di
amorf Amerika. Tindakan teroris gelombang ke empat ini telah
menunjukkan bahwa selama ini agama masih dijadikan sebagai alat kekuasaan dan
politisasi, faktor disintegaratif, alat provokasi kerusuhan, dan pemicu konflik
horizontal. Namun kebanyakan kelompok-kelompok teroris akan menghilang secara
bertahap, tetapi ada juga sebagian yang bertahan lama.
Dari empat gelombang
diatas David juga kemudian membagi terror dalam tiga kategori, yakni (1) Religious terror, (2) State terror, dan (3)
Rebel terror. Khusus untuk Religious
Terror David memasukannya dalam kategori teror suci, sedangkan dua jenis
teror berikutnya masuk kategori teror sekuler. Baik teror suci maupun teror
sekuler dilihat dari pelakunya bisa dikategorikan dalam tiga kelompok terorism
yakni personal terorism, collective
terorism, dan state terorism.
Penggunaan terma teror suci hanya dalam tataran akademik, dalam dunia keagamaan
masing-masing memiliki terma sendiri, seperti Jihad (Islam), crusade war
(Kristen), dan sebagainya. Demikian juga
Para teroris umumnya menyabut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin dan lain-lain.
Menurut David C Rapoport
pada dasarnya gelombang agama
yang telah menghasilkan
sebuah kelompok sekuler, akibat reaksinya terhadap semangat keagamaan yang berlebihan.
Dan David C Rapoport mendefenisikan teror sekuler sebagai aksi teror yang
dimotivasi oleh tujuan-tujuan politik dan kekuasaan. Teror sekuler akan
mengundang simpati selama tujuannya memiiliki semangat kerakyatan. Namun dalam
sejarahnya, teror sekuler tidak menumbuhkan antusiasme yang tinggi seperti
teror suci. Sebab, teror sekuler lebih banyak berkisar pada upaya merebut
kekuasaan sehingga kepentingan yang terlihat bersifat elitis. Sedangkan teror
suci dimotivasi oleh nilai-nilai keagamaan yang luhur.
Sehingga menurut David
C Rapoport, gelombang terorisme yang ada saat ini cenderung bersifat “religious wave” yang dipicu oleh adanya
“ketidakadilan global” yang lebih bersumber pada suatu paham radikal yang
dianut para kelompok teroris yang ada. Dan David juga membedakan kelompok
teroris generasi keempat dengan generasi-generasi sebelumnya, dimana kelompok
generasi keempat tidak ragu menjadikan warga sipil (non-combatant) sebagai target aksi kekerasannya.[1]
Demikian yang terjadi di
Indonesia. Perkembangan terorisme di Indonesia lebih pada teroris gelombang ke
empat, dimana akar masalah dari aksi terorisme di Indonesia sejak 1980-an
hingga dekade pertama abad ke-21 sesungguhnya tidak berubah, yaitu
ketidakpuasan politik segelintir sempalan dari agama tertentu terhadap berbagai
kebijakan negara yang dilaksanakan pemerintah. Selain dipicu oleh ketidakpuasan
domestik, terorisme di Indonesia dipicu pula oleh ketidakpuasan pada perubahan
lingkungan strategis internasional. Misalnya pada isu Palestina-lsrael dimana
masyarakat Palestina berada dalam kondisi teraniaya akibat kebijakan Israel
yang didukung oleh Amerika Serikat sebagai adidaya tunggal. Apabila ditarik
lebih jauh, isu terorisme di Indonesia tidak lepas pula dari sejarah perbedaan
pandangan antara Islam dengan Barat.[2] Dan
aktivitas itu merupakan corak kosmik terhadap agama. Corak kosmik dalam agama adalah
kecenderungan untuk memahami suatu masalah spesifik dari sudut pandang yang
umum, Alasan yang melandasi tindakan terorisme oleh suatu komunitas biasanya
adalah pandangan kosmik dalam agama yang bersangkutan dengan kejadian perang.
Dalam setiap pengajaran religius yang dipakai untuk melegitimasikan kekerasan.
Faktor-faktor inilah
yang antara lain menimbulkan militansi mereka dalam hubungannya dengan
pemerintah, selain faktor ideologis atau kelompok yang berbasis pada agama
tertentu, aksi terorisme di Indonesia dilancarkan pula oleh kelompok separatis.
Karena pada dasarnya kelompok separatis melancarkan aksi terornya karena
dilandasi oleh rasa ketidakpuasan dan atau kekecewaan terhadap pemerintah yang
dinilai mengambil kebijakan yang tidak tepat terhadap pembangunan di daerahnya.[3]
Daftar
Pustaka
Anantaya, W., Palguna, I., &
Putra Ariana, I. G. (2015). Tanggung Jawab Negara Terhadap Kejahatan Terorisme
Yang Melewati Batas-Batas Nasional Negara-Negara. Kertha Negara, 3(03).
KHomeni,
Imam. 2009. Palestina “Tragedi
Keterhinaan Kaum Muslim”. Zahra Publishing. Jakarta. Cetakan ke 2.
Sudrajat. 2003. Makalah Kebijakan
Dan Langkah-Langkah Antisipatif Dan Proaktif Dalam Menghadapi Ancaman
Terorisme. BPHN
Departemen Kehakiman dan HAM bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Wahyudi,
Alwi. 2014. Ilmu Negara dan Tipologi
Kepemimpinan Negara. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
[1]
Lihat juga Kofi Annan dan Marry Robinson
dalam Anantaya, W., Palguna, I., &
Putra Ariana, I. G. (2015: hlm: 4) yang
menyatakan bahwa kejahatan terorisme juga merupakan crime against humanity Kejahatan kemanusiaan, dengan menggunakan
tolak ukur kejahatan yakni adanya serangan yang mematikan terhadap penduduk
sipil (non-combatant).
[2] Lihat Imam Homeni. 2009.
Palestina “Tragedi Keterhinaan Kaum
Muslim”. Zahra Publishing. Jakarta. Cetakan ke 2
[3] Lihat Juga Penjelasan Mayor Jenderal TNI
Sudrajat dalam Makalah disampaikan pada Seminar Ten tang Penegakan Hukum
Terhadap Terorisme, diselenggarakan oleh BPHN Departemen Kehakiman dan HAM
bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, tanggal
13-14 Oktober 2003)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar