Senin, 14 November 2016

“ PENGAWAS ETIK MUNASLUB GOLKAR; KREDIBILITAS ATAU IMAGE POLITIK


          Ketika partai beringin (Golkar) di nahkodai oleh Aburizal Bakri (ARB) tantangan mulai terlihat pasca pemilu 2014 suara Golkar melorot jauh dan tidak mampu membuat ARB maju sebagai CAPRES bahkan tidak  CAWAPRES, dan hal ini membuat sebagaian besar kader tidak puas dengan kepemimpinan ARB, dan semakin memperlihatkan ada faksi-faksi /kelompok di tubuh internal Golkar,  dan faksi-faksi itupun terlihat jelas ketika partai golkar melaksanakan MUNAS di Bali dan di saat bersamaan beberapa kader Golkar tidak mengakui munas tersebut dan menganggap munas  di bali Ilegal dan bertentangan dengan AD/ART Partai Golkar,  sebut saja kader yang menolak Munas yang diselenggarakan di bali itu Kubu Agung laksono, sehinnga tidak cukup waktu yang lama kubu Agung laksono melaksanakan munas tandingan yang diselenggarakan di Jakarta, tidak hanya itu perselisihan yang terjadi itupun sampai berujung di bawa keranah hokum untuk mendapatkan legitimasi legalitas dari KEMUNKUHAM, dan hal tersebut sangat berpengaruh besar pada pilkada serentak 2015 yang di ikuti 147 kabupaten/kota dan 7 provinsi, dan banyak calon kepala daerah yang mau maju kesulitan karena dualisme kepengurusan di pusat.
 Inisitif untuk melakukan islahpun muncul baik dari internal Golkar terutama para sesepu atau senior Golkar untuk melakukan rekonsliasi untuk mengembalikan penyatuan Golkar secara satu dan utuh, dari berbagai usaha dan konflik yang berkepanjangan itupun dua kubu yang saling mengklaim berhak memimpin Golkar dari kubu ARB maupun kubu Agung Laksono sepakat untuk melakukan MUNASLUB pada 7 april 2016 dan akhirnya di undur sampai bulan Mei 2016, hal itu dilakukan karena meraka sadar untuk kepentingan Golkar kedepan dan pastinya untuk Pilkada 2017. Dari rentetan dinamikan politik yang terjadi di Golkar tersebut ada yang menarik perhatian kita semua yaitu terkait pelakasanan MUNASLUB yang wacananya akan membentuk “Pengawas Etik” katanya untuk tujuan pada pelaksanaan Munaslub sebagai pengawas baik untuk calon kandidat ketua umum, timses calon, SC, dan pelaksana atau penyelenggara(Panitia) Munaslub tidak terjadi praktik Money Politik (politik uang), timbul pertanyaan apakah pembentukan “pengawas Etik” partai Golkar hanya ingin menunjukan kepada public bahwa pelaksanaan Munaslub Golkar bebas dari praktik politik uang, atau hanya ingin menunjukan image (citra) yang baik untuk menutupi citra buruk yang sudah melekat pada partai beringin ini bahwa setiap pelaksanaan Munas, atau pembentukan “Pengawas Etik” meupakan bagian dalam istilah komunikasi politik impression management politik Golkar. Praktik politik uang tidak bisa dihindarkan dalam proses kegitan Munas Golkar dan hal ini diakui oleh kader Golkar sendiri, atau memamg pembentukan “Pengawas etik” ini merupakan bagian dari mekanisme yang diatur dalam pedoman penyelenggaran Munas Golkar untuk menjamin terpilihnya Ketua umum (Pemimimpi) yang mampu menahkodai Golkar sampai 5 tahun kedepan dan tentunya mampu membawa perubahan baru di tubuh Golkar dan siap memenangkan PILPRES 2019. Pembentukan “Pengawas etik” bukan merupakan sebagai obat kanker yang mampu menyembuhkan penyakit di tubuh Gokar, tetapi lebih kepada untuk menunjukan image (citra) kepada public bahwa partai Golkar juga bisa melaksanakn Munas tampa ada praktik politik uang di dalamnya.
Ada beberapa syarat atau beberapa hal yang harus dilakukan oleh Partai Golkar ketika ingin mendapatkan kepercayaan publik terkait MUNASLUB Golkar yang kredibel, pertama partai Golkar harus mempublikasikan kegiatan Munaslubnya se transparan mungkin, baik dalam tahap kampanye calon, penetapan Calon, penetapan SC, dan yang lebih penting sumber aliran dana. Yang kedua libatkan KPK sebagai pengawas eksternal untuk menjaga tidak terjadi praktik money politic, kalau syarat di atas bisa dijalankan dengan baik pasti kepercayaan publik terhadap partai beringin akan besar terutama dalam hal pelaksanaan Munaslub yang bebas praktik money politic, dan mampu melahirkan pemimpin yang intergritas, kredibilitas sesuai pilihan para peserta Munaslub Golkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar