WASPADAI MAFIA EKONOMI NEOLIBERAL
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Neoliberalisme
tiba-tiba saja mencul menjadi wacana hangat di tengah-tengah Masyarakat
Indonesia. Seperti yang dikatakan para penentang Neoliberalisme bahwa Salah
Satu Mantan Wakil Presiden Adalah seorang penganut Neoliberalisme Sejati, Dan
Ini Akan sangat berbahaya Bagi Masa depan perekonomian dan pendidikan
Indonesia. Maaf Sebelumnya Tulisan Ini tidak akan membahas ataupun mengupas
Mantan Wakil presiden atau Paham Ekonomi yang Dianutnya. Tulisan ini akan lebih
jauh mengupas bahayanya Neoliberalisme pada Sektor Pendidikan Di Indonesia.
Tim
Ekonomi Pemerintah yang sering dijuluki “ Mafia
Berkeley” itu memang tidak mempunyai akar kekuatan politik di dalam negeri.
Possisi tawar tim ekonomi ini dibangun dengan cara membangun mitor atau
kepercayaan perlunya utang luar negeri untuk pembangunan pendidikan di
indonesia, dan utang ini hanya dapat diperoleh bila mereka yang memegang
pos-pos kunci ekonomi dalam Kabinet itu sendiri.
Mereka
pun aktif menjalankan politik penyesatan yang sebenarnya berpotensi
menjerumuskan bangsa indonesia ke dalam Lembah Kehancuran,dengan propaganda
bahwa semakin besar utang untuk Dunia pendidikan, semakin besar kepercayaan
Dunia Internasional kepada Bangsa Indonesia tercinta ini.
Perlu
untuk diingat bahwa kehadiran mereka di banyak negara khususnya indonesia dalam
Dunia pendidikan sebagai ’dokter’ Ekonomi dan sektor pendidikan pada umumnya
gagal. Indonesia klien Bank Dunia atau IMF cenderung menjadi klien abadi dengan
sakit kronis yang berulang. Jadi kita harus bersiap-siap dengan skenario
kembalinya menguatnya peram kedua lembaga ini balik ke indonesia baik langsung
maupun tidak langsung melalui para penasihat atau konsultan yang berada di
indonesia yang telah dikontrol mereka.
Perlu
juga untuk diketahui bahwa ilmu Ekonomi yang diajarkan pada hampir semua
Fakultas Ekonomi yang berada di indonesia Dibangun atas dasar kerangka
Liberlisme dan Kapitalisme. Jadi sesungguhnya sulit dipungkiri bahwa Hampir
99,9 % Ekonomi indonesia memiliki kecendrungan untuk menjadi penganut
Neoliberalisme. Jadi indonesia tidak akan pernah lepas dari yang namanya
liberlisme dan kapitalisme dikarenakan mahasiswa masih saja diajarkan
Neoliberalisme.
Secara
substansial, hubungan antara Neoliberalisme dan Pendidikan dapat diibaratkan
seperti hubungan antara Kolonialisme dan Sebuah perjuangan. Sebagaimana Kita
ketahui, pendidikan adalah Sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh sebuah
bangsa untuk ‘Mencerdaskan kehidupan bangsa’ Indonesia.
Adapun
maksud dari mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu hanya pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia, atau peningkatan jumlah lulusan jenjang pendidikan
“Ekonomi” yang lebih tinggi.
Kita
bisa melihat hadirnya Neoliberalisme ini ditengah-tengah Peruguran tinggi
Indonesia berpengaruh terhadap pendidikan Ekonomi di bangsa ini, seperti suatu
contoh, banyak pejabat pemerintah ataupun pengurus Peruguran tinggi yang
berperilaku seperti Abunawas, Ketika Mahasiswa mengeluhkan mahalnya biaya
Kuliah, ada pejabat pemerintah ataupun pengurus Peruguran tinggi yang dengan
entengnya merespon bahwa kalau tidak mampu Ya tidak usah Kuliah, Entah mereka
mau meniru Abunawas seperti yang penulis katakan tadi atau karena kebingungan
dan tidak ketahuan mereka saja.
Menyimak
dari uraian tersebut, secara singkat dapat disimpulkan, sebagai bentuk baru liberalisme,
neoliberalisme pada dasarnya sangat memuliakan mekanisme pasar untuk sektor
pendidikan di indonesia. Campur tangan negara dalam bidang perekonomian dan
pendidikan, walaupun diakui diperlukan, harus dibatasi.
Bahaya
Neoliberalisme terlatak pada pemujaannya yang sangat berlebihan terhadap
peranan Liberalisme pendidikan. Liberalisme pendidikan hanyalah salah satu
alat, bukan satu-satunya alat, untuk mencapai tujuan perekonomian
Neoliberalisme .Sebab itu, menjadikan Liberalisme pendidikan sebagai satu-satunya
alat, lebih-lebih menujanya sebagai tujuan itu sendiri, sama artinya dengan menjerumuskan
Masyarakat “Mahasiswa” ke Lembah Kehancuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar